Tentang Kitab dan Penulisnya serta
Pensyarahnya
A. Tentang Kitab
Setiap muslim wajib mengenal Allah, utusan-Nya (rasulNya),
dan Agama Islam, lalu mengamalkannya dan
mendakwahkan ilmunya, serta bersabar terhadap
berbagai gangguan yang muncul di dalamnya.
Buku ini membahas tentang:
• Mengenal Allah
• Mengenal Utusan-Nya (rasul-Nya)
• Mengenal Agama Islam.
Ketiga hal inilah yang akan ditanyakan oleh malaikat
kubur kepada setiap manusia, saat kelak ia memasuki
alam kubur. Karena pentingnya ketiga ilmu ini, maka
dikenal dengan sebutan Tsalatsatul Ushul, yakni “Tiga
Landasan pokok”.
B. Biografi Penulis
[1]
Beliau adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
1. Nasab dan pertumbuhan beliau
Beliau adalah Asy-Syaikh Al-Imam Al-Mujaddid
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab bin
Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid
bin Barra bin Musyrif At-Tamimi.
Kelahiran Beliau
Beliau rahimahullah dilahirkan pada tahun 1115 dari
Hijrah Nabi –semoga shalawat dan salam yang paling
afdhal tercurah atas beliau- di kota ‘Uyainah yang masih
masuk wilayah Najd, sebelah barat dari kota Riyadh,
jaraknya dengan kota Riyadh sekitar perjalanan 70 km.
Pertumbuhan Beliau
Beliau tumbuh dan besar di negeri ‘Uyainah dan
menimba ilmu di sana. Beliau hafal Al-Qur’an sebelum
umur 10 tahun. Beliau seorang yang jenius dan cepat
memahami. Di bawah asuhan bapaknya sendiri beliau
belajar fikih mazhab Hambali, tafsir, hadits, aqidah dan
beberapa bidang ilmu syar’i serta bahasa. Beliau sangat
menaruh perhatian besar terhadap kitab-kitab Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qayyim
rahimahumallah, sehingga beliau terpengaruh oleh
keduanya dan berjalan di atas jalan mereka dalam
mementingkan masalah aqidah yang benar,
mendakwahkannya, membelanya dan memperingatkan
dari perbuatan menyekutukan Allah, bid’ah serta
khurafat.
2. Perjalanan beliau dalam menuntut ilmu
Beliau mengadakan rihlah (perjalanan) menuju Mekkah
untuk menunaikan kewajiban haji dan mencari bekal
ilmu syar’i. Kemudian beliau rihlah ke Madinah
Nabawiyyah dan di sana bertemu dengan dua syaikh
yang alim lagi mulia, yang mana keduanya mempunyai
pengaruh terbesar dalam kehidupan beliau, mereka
adalah Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif AnNajdi
dan Asy-Syaikh Muhammad Hayah bin Ibrahim
As-Sindi. Lantas beliau rihlah ke Bashrah dan beliau
mendengarkan hadits, fikih dan membacakan nahwu
kepada gurunya sampai menguasainya. Kemudian beliau
rihlah ke daerah Ahsa’ dan bertemu dengan syaikhsyaikh
Ahsa’, di antaranya Abdullah bin Abdul Lathif
seorang hakim.
3. Kiprah Beliau dalam Menyerukan Tauhid
Beliau pulang ke daerah Huraimala’, karena ayah beliau
dulunya seorang hakim di ‘Uyainah, lantas terjadi
pertentangan antara beliau dengan pemimpin ‘Uyainah
sehingga beliau pindah ke Huraimala’ pada tahun 1139
dan menetap di sana menyeru kepada tauhid dan
memperingatkan dari kesyirikan sampai ayah beliau
meninggal pada tahun 1153 H.
Lantas sebagian orang-orang jelek lagi jahat melakukan
konspirasi untuk mencelakakan beliau disebabkan beliau
senantiasa mengingkari kefasikan dan kejahatan mereka,
sampai-sampai mereka hendak membunuh beliau.
Kemudian beliau beritahukan perihal mereka kepada
beberapa orang sehingga akhirnya mereka lari. Lalu
setelah konspirasi tersebut berhasil menyudutkan AsySyaikh,
beliau pun berpindah ke ‘Uyainah dan beliau
tawarkan dakwahnya kepada pemimpin ‘Uyainah yang
ketika itu pemimpinnya adalah Utsman bin Ma’mar.
Pimpinan ‘Uyainah pun menyambut beliau,
membantunya, mendukungnya dan bersama dengan
beliau menghancurkan kubah Zaid bin Al-Khatthab dan
menghancurkan beberapa kubah serta kubur yang
dibangun, bahkan bersama beliau merajam seorang
wanita yang datang mengaku telah berzina padahal dia
muhshan (telah pernah menikah- ed).
Ketika beliau menghancurkan kubah dan melakukan
rajam dalam masalah zina, maka menjadi masyhurlah
perkara beliau dan tersiarlah reputasi baik beliau.
Masyarakat pun mendengar tentang beliau, dan
berdatangan dari berbagai daerah sekitarnya membantu
beliau sehingga semakin besarlah kekuatan beliau.
Kemudian, sampailah berita perbuatan Asy-Syaikh
menghancurkan kubah dan kubur serta penegakan hukum
had kepada pemerintah Ahsa’ dan sekutu-sekutunya. Hal
ini membuat pemerintah Ahsa’ merasa khawatir terhadap
kerajaannya dan memerintahkan kepada Utsman bin
Ma’mar untuk membunuh Asy-Syaikh atau mengusirnya
dari ‘Uyainah. Jika tidak dilakukan, maka akan diputus
upeti darinya. Maka Utsman bin Ma’mar akhirnya
menerima desakan ini dan memerintahkan Asy-Syaikhagar keluar dari ‘Uyainah dan beliaupun keluar darinya
menuju Dir’iyyah. Hal itu terjadi pada tahun 1158 H.
Di Dir’iyyah beliau singgah sebagai tamu Muhammad
bin Suwailim Al-‘Uraini, lantas pemimpin Dir’iyyah
Muhammad bin Su’ud mengetahui akan kedatangan AsySyaikh.
Dan disebutkan bahwa yang memberitahukan
kedatangan Asy-Syaikh adalah isteri Ibn Su’ud sendiri.
Beberapa orang shalih mendatangi wanita tersebut dan
berkata kepadanya,
“Beritahukan kepada Muhammad (Ibn Su’ud –ed)
tentang orang ini! Semangatilah dia untuk mau
membelanya dan beri motivasi kepadanya agar mau
mendukung serta membantunya.”
Istri Muhammad adalah seorang wanita yang shalihah
lagi bertaqwa. Ketika sang amir Muhammad bin Su’ud
pemimpin Dir’iyyah dan sekitarnya masuk menemui
istrinya, istrinya pun berkata kepadanya,
“Bergembiralah dengan ghanimah (anugerah) yang
besar ini. Ini adalah ghanimah yang Allah kirimkan
kepadamu, seorang lelaki yang menyeru kepada agama
Allah, menyeru kepada Kitabullah, menyeru kepada
sunnah Rasulullah. Sungguh betapa ghanimah yang
begitu besar. Bersegeralah menerimanya, bersegeralah
menolongnya, dan jangan kamu berhenti saja dalam hal
itu selamanya.”
Sang amir pun menerima saran istrinya dan sungguh
bagus apa yang dilakukannya rahimahullah. Amir pergi ke kediaman Muhammad bin Suwailim Al-‘Uraini dan
berkata kepada Asy-Syaikh,
“Bergembiralah dengan pertolongan dan bergembiralah
dengan keamanan.”
Maka Asy-Syaikh berkata kepadanya,
“Dan Anda juga bergembiralah dengan pertolongan,
bergembiralah dengan kekokohan dan kesudahan yang
terpuji. Ini adalah agama Allah, siapa yang
menolongnya niscaya Allah akan menolongnya. Siapa
yang mendukungnya niscaya Allah akan
mendukungnya.”
Kemudian amir berkata kepada Asy-Syaikh,
“Aku akan membaiatmu di atas agama Allah dan RasulNya
serta berjihad di jalan Allah. Akan tetapi aku
khawatir jika kami telah mendukungmu dan
membantumu lantas Allah memenangkanmu atas musuhmusuh
Islam lantas engkau menginginkan selain bumi
kami dan berpindah dari kami ke tempat lain.”
Maka Asy-Syaikh menanggapinya,
“Bentangkan tanganmu, aku akan membaiatmu bahwa
darah dibalas dengan darah, kehancuran dengan
kehancuran dan aku membaiatmu untuk tetap tinggal
bersama kalian dan aku tidak akan keluar dari negerimu
selamanya.”
Demikianlah, Asy-Syaikh tinggal di Dir’iyyah dalam
keadaan dihormati dan didukung sepenuhnya, menyeru kepada tauhid dan memperingatkan dari syirik. Orangorang
pun berdatangan, baik secara berkelompok maupun
individu. Beliau mengajarkan aqidah, Al-Qur’an AlKarim,
tafsir, fikih, hadits, musthalah hadits, berbagai
ilmu bahasa Arab dan tarikh.
Beliau biasa berkirim surat dengan para ulama dan umara
dari berbagai negeri dan penjuru, menyeru mereka
kepada agama Allah sehingga tersebarlah dakwah beliau.
Setelah itu semakin banyaklah kedengkian, mereka lantas
berhimpun dan bersatu menentang beliau. Maka amir
mengobarkan jihad dengan pedang dan tombak, dan
peristiwa itu terjadi pada tahun 1158 H.
Asy-Syaikh membantunya sampai akhirnya dakwah
beliau tersebar menyeluruh sampai ke penjuru alam dan
gaungnya masih senantiasa bergema sampai hari ini.
4. Sanjungan para ulama terhadap beliau
Para ulama betul-betul mengenal Imam ini dan
memberikan pujian kepadanya, bahkan mereka sampai
menulis biografi tentangnya. Di antara mereka adalah
Asy-Syaikh Husain bin Ghanam. Beliau banyak menulis
tentang Asy-Syaikh, memujinya dan menyebutkan kisah
perjalanan hidupnya dalam kitab Raudhatul Anzhar wal
Afham.
Di antara mereka juga Asy-Syaikh Utsman bin Bisyr,
yang memujinya dalam kitab ‘Unwanul Majdi fi Tarikhi
Majdin, dan Asy-Syaikh Mas’ud An-Nadqi menulis tentang beliau dalam kitab yang diberi judul Al-Mushlih
Al-Mazhlum.
Di antara yang memuji beliau juga orang alimnya Yaman
yaitu Muhammad bin Isma’il Al-Amir Ash-Shan’ani
dalam sebuah qoshidah panjang yang awalnya:
“Salam bagi Najd dan orang yang tinggal di Najd
Meskipun salamku dari kejauhan ini tiada berguna
Sungguh aku telah mendatangkan siraman
kehidupan dari kaki bukit Shan’a
Dia didik dan dia hidupkan dengan tertawanya
guntur
Aku berjalan seperti orang yang digerakkan
mencari angin, jika kuberjalan
Wahai putera Najd kapan engkau akan beranjak
dari Najd
Perjalananmu dan para penduduk Najd
mengingatkanku akan Najd
Sungguh sepak terjangmu menjadikanku semakin
cinta
Selamanya, dan bertanyalah kepadaku tentang
seorang alim yang singgah di negeri Najd
Dengannya terpetunjuk orang yang dulunya sesat
dari jalan yang lurus
Muhammad yang memberikan petunjuk kepada
sunnah Ahmad
Alangkah indahnya yang memberi petunjuk dan
alangkah indahnya yang diberi petunjuk.”
Sampai beliau berkata,
“Sungguh telah datang berita darinya bahwa dia
mengembalikan kepada kita syariat yang mulia
dengan apa yang ditampakkannya
Dan dia sebarkan secara terang-terangan apa
yang disembunyikan oleh setiap orang bodoh
Dan ahli bid’ah, sehingga sesuailah dengan apa
yang aku punya
Dia dirikan tiang-tiang syari’at yang dulunya roboh
Monumen-monumen yang padanya manusia
tersesat dari petunjuk
Dengannya mereka mengembalikan makna Suwa
dan yang semisalnya
Yaghuts dan Wadd, betapa jelek Wadd itu
Sungguh mereka menyebut-nyebut namanya ketika
terjadi kesusahan
Sebagaimana seorang yang terpepet memanggil
Dzat
tempat bergantung lagi Maha Esa
Betapa banyak sembelihan yang mereka
persembahkan di pelatarannya
disembelih untuk selain Allah secara terangterangan
disengaja
betapa banyak orang yang thawaf di sekitar kubur
sambil mencium
dan mengusap pojok-pojoknya dengan tangan”
(Diwan Ash-Shan’ani, hal 128-129)
Di antara ulama yang memuji beliau juga Al-‘Allamah
Muhammad bin ‘Ali Asy-Syaukani tokoh hakim di
wilayah Yaman sebagaimana dalam kitabnya Al-Badru
Ath-Thali’ tentang biografi Ghalib bin Musa’id sang amir
Mekkah. Beliau berkata dalam komentarnya terhadap
sebagian risalah Asy-Syaikh,
“Itu merupakan risalah-risalah yang bagus yang memuat
dalil-dalil Al-Kitab dan As-Sunnah menunjukkan bahwa
yang menjawabnya merupakan ulama peneliti yang
benar-benar paham terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah.”
Kemudian beliau melantunkan sajak-sajak kesedihan
setelah wafatnya syaikh.
Al-‘Allamah Ibnu Badran berkata tentang beliau dalam
kitabnya Al-Madkhal hal. 447,
“Seorang alim yang komitmen terhadap atsar dan imam
yang besar, Muhammad bin Abdul Wahhab. Beliau
melakukan rihlah untuk menuntut ilmu dan para ahli
hadits di masanya memberikan ijazah kepada beliau
untuk meriwayatkan kitab-kitab hadits dan yang lainnya.
Ketika kantong penyimpanannya telah penuh dari atsar
dan ilmu sunnah, serta menguasai mazhab Ahmad,
beliau mulai membela al-haq dan memerangi bid’ah,
serta menentang ajaran yang disusupkan oleh orangorang
bodoh ke dalam agama ini.”
Adapun ulama masa kini yang memberikan sanjungan
kepada beliau di antaranya Asy-Syaikh Ibnu Baaz, AsySyaikh
Al-Albani, Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dan guru
kami Al-Wadi’i rahimahumullah.
Dan di sini aku senang menyebutkan sebagian pujian
guruku Al-Imam Al-Wadi’i terhadap Asy-Syaikh AlImam
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab
rahimahullah. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i
rahimahullah ditanya -sebagaimana dalam AlMushara’ah
hal. 400- tentang dakwah Asy-Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab, maka beliau berkata,
“Adapun dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab, sungguh merupakan dakwah yang diberkahi.
Dan jika engkau membaca kitab beliau Kitab At-Tauhid, maka engkau akan dapati beliau berdalil dengan AlQur’an
dan hadits nabi. Sama saja apakah dalam bab
menggantungkan jimat-jimat dan rajah-rajah, bab
berdoa kepada selain Allah, ataupun dalam bab
peringatan keras dari membangun kubur. Engkau dapati
beliau berdalil dengan ayat Al-Qur’an atau hadits nabi,
sungguh Allah telah memberikan manfaat kepada Islam
dan muslimin dengan sebab dakwah beliau…”.
Sampai beliau berkata,
“Maksudnya bahwa dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab dirasakan manfaatnya oleh kaum
muslimin. Betapa banyak kaum muslimin yang Allah
selamatkan dari kesesatan, bid’ah dan khurafat dengan
sebab kitab-kitab beliau rahimahullah”.
Beliau berkata pada hal 402,
“Siapa yang ingin mengetahui dakwah Asy-Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab maka aku nasehatkan
untuk membaca Ad-Durar As-Saniyah sehingga seakan
ia duduk mendampingi Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab. Kami nasihatkan sebelumnya untuk membaca
kitab-kitab beliau dan setelah itu kami nasihatkan agar
membaca Ad-Durar As-Saniyyah agar engkau ketahui
risalah-risalah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab. Sungguh beliau adalah seorang yang
melakukan perbaikan, tetapi banyak difitnah.”
Beliau berkata pada hal 410,
“Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah adalah
imam yang memberi petunjuk”.
Juga pada hal 412 beliau ditanya tentang penyebutan kata
Syaikhul Islam bagi Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab apakah itu berlebihan atau memang berhak
beliau menyandangnya? Maka beliau menjawab,
“Nampaknya beliau memang berhak menyandangnya.
Sungguh Allah telah memberikan manfaat kebaikan yang
banyak dengan sebab dakwahnya. Allah berkahi
dakwahnya dan kaum muslimin mengambil manfaat
darinya. Wallahul musta’an (Dan Allah-lah Tempat
Meminta Pertolongan –ed.)”
5. Guru-guru beliau
a. Ayah beliau sendiri Asy-Syaikh Abdul Wahhab
bin Sulaiman
b. Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif, yaitu
ayah Asy-Syaikh Ibrahim bin Abdullah
pengarang
kitab Al-‘Adzbu Al-Faidh fi ‘Ilmil Faraidh.
c. Asy-Syaikh Muhammad Hayah bin Ibrahim AsSindi
d. Asy-Syaikh Muhammad Al-Majmu’i Al-Bashri
e. Asy-Syaikh Musnid Abdullah bin Salim AlBashri
f. Asy-Syaikh Abdul Lathif Al-Afaliqi Al-Ahsa’i
6. Murid-murid beliau
a. Al-Imam Abdul Aziz bin Su’ud
b. Al-Amir Su’ud bin Abdul Aziz bin Sulaiman
c. Putra-putra beliau sendiri, Asy-Syaikh Husain,
Asy-Syaikh Ali, Asy-Syaikh Abdullah dan
AsySyaikh
Ibrahim.
d. Cucu beliau Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan,
penulis kitab Fathul Majid
e. Asy-Syaikh Muhammad bin Nashir bin Ma’mar
f. Asy-Syaikh Abdullah Al-Hushain
g. Asy-Syaikh Husain bin Ghannam
7. Karya-karya beliau
Beliau mempunyai banyak karya tulis yang dengannya
Allah berikan manfaat kepada alam islami, di antaranya:
a. Kitabut Tauhid
b. Ushulul Iman
c. Kasyfusy Syubhat
d. Tsalatsatul Ushul
e. Mufidul Mustafid fi Kufri Tarikit Tauhid
f. Mukhtashar Fathul Bari
g. Mukhtashar Zadul Ma’ad
h. Masa’il Jahiliyyah
i. Fadhailush Shalah
j. Kitabul Istimbath
k. Risalah Ar-Radd ‘ala Ar-Rafidhah, yaitu risalah ini.
l. Majmu’atul Hadits dan sebagian besarnya telah tercetak dalam kumpulan karya-karya Asy-Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab pada tahun 1398 H di Riyadh di bawah pengawasan Jami’ah Al
Imam Muhammad bin Su’ud.
a. Kitabut Tauhid
b. Ushulul Iman
c. Kasyfusy Syubhat
d. Tsalatsatul Ushul
e. Mufidul Mustafid fi Kufri Tarikit Tauhid
f. Mukhtashar Fathul Bari
g. Mukhtashar Zadul Ma’ad
h. Masa’il Jahiliyyah
i. Fadhailush Shalah
j. Kitabul Istimbath
k. Risalah Ar-Radd ‘ala Ar-Rafidhah, yaitu risalah ini.
l. Majmu’atul Hadits dan sebagian besarnya telah tercetak dalam kumpulan karya-karya Asy-Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab pada tahun 1398 H di Riyadh di bawah pengawasan Jami’ah Al
Imam Muhammad bin Su’ud.
8. Wafat beliau
Beliau rahimahullah wafat pada hari Jum’at di akhir bulan Dzulqa’dah tahun 1206 H pada umur 71 tahun setelah melakukan jihad yang panjang, berdakwah menyerukan kebaikan, mengadakan perbaikan, menyebarkan ilmu dan pengajaran. Kemudian beliau dimakamkan di pekuburan Dir’iyyah, semoga rahmat Allah terlimpah atasnya. Banyak dari para penyair yang melantunkan bait-bait kesedihannya, di antara mereka adalah:
- Asy-Syaukani dalam qasidahnya yang panjang, di antara ucapannya,
“Musibah menimpa kalbuku, berkobar kegundahanku
Dia mengenai titik mematikanku dengan anak panah yang sangat menyakitkan
Dunia tertimpa musibah dengan kepergiannya, menjadi berdebu wajahnya
Dan meninggi bendera-bendera suatu kaum yang dulunya rendah
Sungguh telah wafat gunungnya ilmu, poros penggiling tertinggi
Dan pusat peredaran orang-orang terkemuka lagi mulia
Imamnya petunjuk, penghapus kebodohan, pembungkam kezhaliman
Dan penghilang dahaga dari luapan ilmu…
Muhammad pemilik kemuliaan yang begitu mulia apa yang telah dicapainya
Dan agung kedudukannya untuk bisa disusul oleh orang yang menghambatnya
Sungguh Najd menjadi bercahaya dengan pancaran sinarnya
Dan tegaklah tempat-tempat petunjuk dengan dalildalilnya
Tertimpa musibah dengan kepergiannya, terlepas nafas terakhir ruhku
Dan untuk memikul beban ini, terasa lelah punggung bawah dan punggung atasku
Sadarlah wahai orang yang mencela Asy-Syaikh apa yang engkau cela darinya
Sungguh engkau telah mencela suatu kebenaran
Lantas engkau pergi membawa kebatilan
Sadarlah kalian, sadarlah dia bukannya seorang penyeru
Kepada agama nenek moyang dan kabilahnya
Dia hanya menyeru kepada Kitabullah dan sunnah yang
Datang membawanya Thaha , Nabi, sebaik-baik orang yang berbicara
(Silahkan melihat Diwan Asy-Syaukani hal. 160 cet. Darul Fikr)
- Asy-Syaikh Husain bin Ghannam juga melantunkan bait kesedihannya dalam qasidah panjang yang mana awalnya:
Hanya kepada Allah kami memohon untuk menyingkap segala kesusahan
Dan tiada tempat memohon selain kepada Allah Al-Muhaimin
Telah tenggelam mataharinya pengetahuan dan petunjuk
Sehingga mengalirlah darah di pipi dan bercucuranlah air mataku
Seorang imam yang manusia tertimpa musibah dengan kehilangannya
Dan terus mengelilingi mereka berbagai musibah menyakitkan dengan perpisahannya
Menjadi kelam segala penjuru negeri sebab kematiannya
Dan menimpa mereka kesulitan mengerikan yang menyedihkan
Sebuah bintang yang jatuh dari ufuk dan langitnya
Sebuah bintang yang terkubur di tanah berlembah sunyi
Bintang keberuntungan yang bersinar cahayanya
Dan bulan purnama yang mempunyai tempat terbit di tempat sebelah kanan
Dan waktu subuh yang sinarnya menerangi manusia
Sehingga kelamnya kegelapan setelah itu menjadi lenyap
01. Tentang Kitab dan Penulisnya serta Pensyarahnya
Reviewed by suqamuslim
on
18.15
Rating:
Tidak ada komentar: