Landasan 2. Rukun Islam: 1. Syahadat 'Laa ilaha
illallah'
Dalil Syahadat adalah firman Allah ta’ala:
“Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. (juga menyatakan yang
demikian itu) para Malaikat dan orang-orang yang berilmu. Tak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS.
Ali-Imran: 18).
“Laa Ilaaha Illallah”, artinya: tiada sesembahan
yang haq selain Allah. Syahadat ini mengandung dua unsur. Meniadakan dan
menetapkan. “La Ilaaha”, adalah meniadakan segala bentuk sesembahan selain
Allah, “Illallah”, adalah menetapkan bahwa ibadah (penghambaan) itu hanya untuk
Allah semata, tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu di dalam ibadah
kepada-Nya, sebagaimana tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu di
dalam kakuasaan-Nya.
Tafsir makna syahadat tersebut diperjelas oleh
firman Allah ta’ala:
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada
bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggungjawab terhadap
apa yang kamu sembah, tetapi aku menyembah Tuhan yang telah menjadikanku,
karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku". Dan (Ibrahim)
menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya
mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (QS. Az-Zukhruf: 26-28).
Dan firman Allah ta’ala:
“Katakanlah (Muhammad): "Hai Ahli Kitab!
Marilah berpegang teguh kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". Jika mereka
berpaling, maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. Ali Imran: 64)
Syarah dari Syaikh Muhammad bin Shalih
AlUtsaimin
[Pengertian Syahadat]
Syahadat yang artinya pernyataan bahwa tiada ilah
selain Alloh dan bahwa Muhammad adalah rosul Alloh, merupakan satu rukun.
Keduanya merupakan satu rukun, padahal terdiri dari dua bagian, hal ini tidak
lain karena ibadah-ibadah dilaksanakan berdasarkan upaya untuk mewujudkan makna
keduanya. Ibadah tidak diterima kecuali jika dilaksanakan dengan ikhlas kepada
Alloh Subhanahu wa Ta’ala, suatu hal yang terkandung dalam persaksian bahwa
tidak ada ilah selain Alloh, dan meneladani Rosul shallallahu 'alaihi wassalam,
yaitu yang terkandung dalam persaksian bahwa Muhammad adalah Rosululloh.
[Dalil Syahadat]
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyatakan diri,
bahwa tiada ilah kecuali Dia. Pernyataan itu juga dilakukan oreh para malaikat
dan orang-orang yang berilmu. Alloh juga menyatakan bahwa Dia senantiasa
menegakkan keadilan. Kemudian pernyataan tersebut ditegaskan-Nya kembali dengan
pernyataan “Tidak ada ilah selain Dia, Yang Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana”
Ayat ini mengandung pujian yang tinggi bagi para ulama, di mana Alloh
menggambarkan bahwa mereka mengeluarkan pernyataan bersama Alloh dan para
malaikat. Yang dimaksud dengan ulama di sini adalah mereka yang mengetahui ilmu
syariat, termasuk yang paling utama di antara mereka adalah para rosul yang
mulia.
Pernyataan ini merupakan pernyataan paling agung,
karena keagungan yang menyatakan maupun yang dinyatakan. Yang menyatakan adalah
Alloh, malaikat, dan para ulama; sedangkan yang dinyatakan adalah pengesaan
Alloh dalam uluhiyah-Nya. Apalagi pernyataan ini ditegaskan dengan “Tiada ilah
selain Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
[Makna “laa ilaaha
illallah”]
Maksud perkataan Penulis, "Maknanya” adalah
makna pernyataan "tidak ada ilah selain Alloh". Di mana makna
peryataan ini adalah "tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Alloh”,
Dengan menyatakan bahwa tidak ada ilah selain Alloh, berarti seseorang mengakui
dengan ucapan dan hatinya bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Alloh
Subhanahu wa Ta’ala, karena Dia adalah “ilah” yang dalam bahasa Arab bermakna
"ma'luh" yang diibadahi. “taalluh”artinya “ta'abbud”. Kalimat “ laa
ilaaha illallah” mengandung makna penafian dan penetapan. Penafian tersebut
terkandung dalam kalimat "laa ilaha” (tidak ada ilah). Sedangkan penetapan
tersebut terkandung dalam kalimat “illallah” (kecuali Alloh). Kata Alloh adalah
lafzhul jalalah yang jika ditinjau dari struktur bahasa Arab berkedudukan sebagai
“badal” dari “khobar laa” yang terhapus. Penafsirannya "laa ilaha bi
haqqin illallah” (tida ada ilah yang haq kecuali Alloh)". Penafsiran
khobar yang terhapus itu dengan kata "bi haqqin" memperjelas jawaban
teradap pertanyaan berikut: Bagaimana bisa dikatakan bahwa tidak ada Tuhan
selain Alloh, padahal banyak tuhan selain Alloh yang diibadahi? Bukankah Allah
sendiri menyebutnya sebagai aalihah (tuhan-tuhan) dan para penyembahnya juga
menyebutnya tuhan? Alloh Tabaraka wa ta'ala berfirman [artinya]
"… karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun
kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab
Tuhanmu datang."(Huud: 101)
Bagamana mungkin kita menetapkan sifat ketuhanan
bagi selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala, sedangkan para rosul berkata kepada kaum
mereka :
"... beribadahlah kepada Alloh, tidak ada
tuhan bagi kalian selain-Nya..." (Al-A'raaf: 59)
Jawaban atas kerancuan ini menjadi jelas dengan
menafsirkan khobar dalam kalimat “laa ilaaha illallah”, yaitu kita mengatakan,
"Semua tuhan selain Alloh yang diibadahi ini memang disebut tuhan, tetapi
semua itu merupakan tuhan yang batil, bukan tuhan yang haq. Mereka tidak
memiliki hak ketuhanan sama sekali. Itu ditunjukkan oleh firman Alloh Ta'ala :
“Yang demikian itu, karena sesungguhnya Alloh,
Dialah (tuhan) yang haq dan sesunguhnya apa yang mereka seru selain Alloh,
itulah yang batil, dan sesungahnya Alloh, Dialah yng Maha tinggi lagi Maha
besar"(Al-Hajj: 62)
Hal itu juga ditunjukkan oleh firman Alloh Ta'ala
[artinya] :
"Maka apakah patut kamu (hai orang-orang
musyrik) mengaggap al Lata dan al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling
terkemudian (sebagai anak perempuan Allah). Apakah (patut) untuk kamu (anak)
laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu
pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan
bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun
untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan,
dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang
petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka" (An-Najm 19-23)
Juga firman Alloh Ta'ala mengenai Yusuf
'alaihissalam yang berkata :
“Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali
hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah
tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu..."(Yusuf: 40)
Jadi, makna “laa ilaaha illallah” adalah tidak ada
tuhan yang di sembah secara haq kecuali Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Adapun sesembahan-sesembahan
selain-Nya adalah sesembahan yang batil. Ketuhanan yang dinyatakan oleh para
penyembahnya adalah tidak benar, atau dengan kata lain, bathil.
[Ibrahim]
Ibrahim adalah kesayangan Alloh, imam para penganut
ajaran tauhid, dan rosul yang paling utama setelah Muhammad. Ayahnya bernamz
Azar.
[Baro/berlepas diri]
Kata “barooun" adalah shifah musyabbahah dari
kata "albarooatun", maknanya lebih tegas dibandingkan “bariiun”.
Perkataan Ibrahim, "Aku menyatakan lepas dari segala yang kalian
sembah", setara dengan ucapan, "Tidak ada ilah".
[Kecuali Tuhan yang telah
menciptakan aku di atas fithrah]
Perkataan lbrahim, "Kecuali Tuhan yang telah
menciptakanku di atas fithroh", setara dengan ucapan, "Kecuali
Alloh." Jadi Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak mempunyai sekutu dalam
peribadahan, sebagaimana Dia tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan. Dalilnya
adalah frman Alloh
“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Alloh. Maha Suci Alloh, Rabb semesta alam" (Al-A'raa : 54)
Ayat ini membatasi penciptaan dan hak memerintah
pada Alloh Robbul 'ilamin saja. Dialah yang menciptakan dan Dialah yang
memerintah, baik perintah dalam pengertian kauni maupun dalam pengerttan
syar'i.
[Akan menunjukiku]
"Akan menunjukiku", artinya akan
menunjukkan kebenaran kepadaku dan menolongku dalam melaksanakannya.
[Dan Ibrahim menjadikan
kalimat itu]
“Dan Ibrahim menjadikan kalimat itu”, yaitu kalimat
yang mengandung makna pernyataan berlepas diri dari setiap sesembahan selain
Allah.
[Katakanlah, “Wahai Ahli
Kitab...”]
Perintah ini ditujukan kepada Nabi shallallahu
'alaihi wassalam, agar beliau berdialog dengan Ahli Kitab, yaitu Yahudi dan
Nasrani.
"Marilah kalian kepada suatu kalimat yang
tidak ada perselisiban antara kami dan kalian". Kalimat yang dimaksudkan
di sini adalah hendaklah kita tidak beribadah, kecuali kepada Alloh dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan janganlah sebagian kita menjadikan
sebagian lain sebagai tuhan selain Alloh. Pernyataan, “Kita tidak beribadah
kecuali kepada Alloh" adalah makna “laa ilaaha illallah”
“Janganlah sebagian kita menjadikan sebagian lain
sebagai tuhan selain Alloh swt”, dimana ia puja sebagaimana Allah dipuja,
disembah sebagaimana Alloh disembah, dan diberi hak untuk membuat hukum bagi
yang lain.
"Jika mereka berpaling” artinya jika mereka
menolak ajakan kalian.
[Saksikanlah bahwa kami
orang-orang yang muslim]
Artinya, maka umumkan dan persaksikanlah bahwa
kalian orang-orang yang berserah diri kepada Alloh. Kalian bedepas diri dari
sikap mereka yang membandel dan berpaling dari kalimat yang agung ini, yaitu
“laa ilaaha illallah”
Landasan 2. Rukun Islam: 1. Syahadat 'Laa ilaha illallah'
Reviewed by suqamuslim
on
15.53
Rating:
Tidak ada komentar: