Landasan 2. Rukun Iman: 4. Iman kepada
para rasul-Nya
Syarah dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Kata rusul merupakan bentuk jamak dari kata rosuul
artinya mursal, yakni mab'uuts (yang diutus) untuk
menyampaikan sesuatu. Namun yang dimaksudkan di
sini (menurut pengertian syara') adalah manusia yang
diberi wahyu (oleh Alloh) berupa syara', dan diberi tugas
untuk menyampaikannya.
Rosul pertama adalah Nuh, dan yang terakhir adalah
Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam. Alloh Ta'a1a
berfrman [artinya]:
"Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu
kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu
itu kepada Nuh dan nabi-nabi sesudah-nya" (An-Nisa':
163)
Dalam Shohihu Al-Bukhari mengenai hadits syafaat
disebutkan riwayat dari Anas bin Maalik
radhiallahu'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wassalam
pernah menuturkan,
"Kelak manasia akan datang kepada Nabi Adam
'alaihissalam agar ia berkenan memberikan syafaat
kepada mereka, namun ternyata Nabi Adam meminta
maaf kepada mereka (tidak bisa menberi syafaat) seraya berkata kepada mereka, Datanglah kepada Nuh sebagai
rosul pertama yng diutus oleh Allah ….(HR. Bukhari
dalam Kitab At-Tauhid, HR. Muslim dalam Kitabul
Imaan).
Tentang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam,
Alloh Ta'ala berfirman,
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak laki-laki di
antara kami, tetapi dia adalah Rosululloh dan penutup
para nabi." (Al-Ahzab: 40)
Setiap umat tidak pernah kosong dari seorang rosul yang
diutus oleh Alloh Ta'ala dengan membawa syariat
tertentu untuk kaum (umat)nya, atau tidak pernah pula
kosong dari seorang nabi yang diberi wahyu (oleh Alloh)
dengan syariat nabi sebelumnya untuk melakukan
pembaharuan syariat tersebut. Alloh Ta'ala berfrman,
"Sesungguhnya Kami telah mengutus rosul pada setiap
umat agar menyerukan, Ibadahilah Alloh saja, dan
jauhilah thaghut!"' (An-Nahl :36)
Alloh Ta'ala berfirman,
"Tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya
seorang pemberi peringatan " (Fathir: 24)
Alloh Ta'ala berfirman,
"Sesunguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat yang
di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Dengan kitab
itu pula, diputuskan perkara orang-orang Yahudi” (AlMa'idah:
44)
Para rosul adalah manusia biasa yang juga merupakan
makhluk Al1oh. Mereka sama sekali tidak memiliki
karakteristik rububiyah maupun uluhiyah. Alloh Ta'ala
berfirman tentang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wassalam yang merupakan 'penghulunya' para utusan,
yang paling tinggi martabatnya di sisi Allah Ta'ala,
“Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan
bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan
kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku
mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan
sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa
kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi
peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orangorang
yang beriman". (Al-A'raaf: 188)
Alloh Ta'ala berfirman [artinya]:
“Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak kuasa
mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan
tidak (pula) suatu kemanfaatan". Katakanlah:
"Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun dapat
melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali aku tiada
akan memperoleh tempat berlindung selain daripadaNya"
(Al-Jin: 21-22)
Para rosul justru mempunyai karakter-karakter
kemanusiaan, seperti sakit, mati, butuh makan atau
minum dan sebagainya.
Dalam mensifati Robbnya, Ibrahim 'alaihissalam berkata
-sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran-,
“Dialah (Robbku) yang telah memberikan makan dan
minum. Apabila aku sakit, Dialah pula yang
menyembuhkanku. Dia juga yang mematikanku, dan
kemudian menghidupkannya (kembali)" (Asy-Syu'ara:
79-91)
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam bersabda:
“Aku tidak lain hanyalah manusia biasa seperti kalian,
aku bisa lupa seperti kalian juga. Maka jika aku lupa,
maka ingatkanlah aku!” (HR. Bukhari dalam Kitabul
Qiblah, HR. Muslim dalam Kitabul Masaajid)
Allah ta'ala mensifati para rasul itu sebagai manusia yang
menempati peringkat paling tinggi dalam menghamba
(ubudiyah) kepada-Nya. Allah ta'ala juga memberikan
pujian kepada mereka. Tentang Nabi Nuuh 'alaihissalam,
Allah berfirman [artinya]:
“Sesungguhnya Nuuh adalah seorang hamba yang
banyak bersyukur” (Al-Israa: 3)
Tentang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam,
Allah berfirman [artinya]:
”Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan
(Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar ia menjadi juru
ingat bagi seluruh alam” (Al-Furqaan: 1)
Tentang Ibrahim, Ishaaq, Ya'qub 'alahimussalam, Allah
berfirman [artinya]:
“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan
Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah
mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada
mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan
(manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya
mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orangorang
pilihan yang paling baik” (Shaad: 45-47)
Tentang Nabi 'Isa putra Maryam, Allah berfirman
[artinya]:“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami
berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan
dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani
lsrail” (Az-Zukhruuf: 59)
Iman kepada para rosul mencakup empat perkara :
Pertama:
Iman bahwa risalah mereka adalah benar-benar dari
Alloh Ta'ala. Barangsiapa mengkufuri risalah mereka,
sekalipun hanya salah seorang dari mereka saja, maka ia
berarti telah mengkufuri seluruh rosul yang ada. Ini
berdasarkan frman Alloh Ta'ala [artinya]:
“Kaum Nuh telah mendustakan seluruh rasul" (AsySyu'aro:
105)
Alloh Ta'ala, telah menganggap mereka sebagai orangorang
yang mendustakan seluruh rosul yang diutus oleh
Alloh, padahal ketika mereka mendustakan rosul itu,
yang ada hanyalah Nuh. Berdasarkan ini, maka kaum
Nasrani yang mendustakan Muhammad shallallahu 'alaihi
wassalam dan tidak mau mengikuti beliau, mereka berarti mendustakan Al-Masih bin Maryam juga, dan tidak
mengikuti Al-Masih. Lebih-lebih Al-Masih sendiri telah
menyamparkan kabar gembira tcntang Muhammad
shallallahu 'alaihi wassalam. Adalah tidak ada artinya
pemberian kabar gembira kepada mereka itu dengan
kedatangan Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam,
kecuali ia memang seorang rosul untuk mereka juga.
Dengan Muhammad itulah, Alloh akan menyelamatkan
mereka dari kesesatan serta memberi mereka petunjuk ke
jalan yang lurus.
Kedua:
Iman kepada siapa saja diantara. mereka yang kita
ketahui namanya, seperti Muhammad, Ibrahim, Musa,
'Isa dan Nuh 'alaihimussalam. Kelima nama rersebut
adalah para rosul Ulul 'Azmi di antara rosul-rosul yang
ada. Alloh Ta'a1a, telah menyebut mereka pada dua
tempat (surat) di dalam Al-Quran: surat Al-Ahzab dan
As-Syu'ara. Firman Alloh [artinya]:
“Ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari nabinabi
dan dari kamu sendiri (Muhammad), Nuh, Ibrahim,
Musa serta 'Isa putra Maryam" (Al-Ahzaab: 7)
“ Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa
yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang
telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah
Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu:
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya” (Al-Mu'min: 78)
Adapun terhadap para rosul yang kita ketahui namanya,
kita imani mereka secara global. Alloh Ta'ala berfirman
[artinya]:
"Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul
sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami
ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang
tidak Kami ceritakan kepadamu" (Al-Mu'minun: 78)
Ketiga:
Membenarkan berita-berita mereka yang sah (shohih).
Keempat:
Mengamalkan syariat salah seorang di antara para rosul
itu yang diutus kepada kita. Dia adalah penutup para
rosul, Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam yang
diutus kepada seluruh umat marrusia. Alloh Ta'ala
berfrman [artinya]:
"Maka demi Robbmu, mereka pada hakikatnya tidaklah
beriman sehingga mereka menjadikan kamu sebagai
hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasakan suatu keberatan dalam
hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya”(An-Nisaa: 65)
Iman kepada para rosul mempunyai buah yang sangat agung, di antaranya
- Mengetahui akan rohmat Alloh Ta'ala dan perhatianNya terhadap para hamba-Nya dengan mengutus para rosul kepada mereka, agar para rosul itu memberi petunjuk mereka ke jalan. Alloh Ta'a1a, serta menjelaskan bagaimana seharusnya mereka beribadah kepada Alloh. Sebab akal manusia tidak memadai untuk mengetahui hal itu.
- Mensyukuri nikmat Alloh yang amat besar ini.
- Mencintai para rosul, mengagungkan mereka, serta memberikan pujian yang layak buat mereka. Sebab, mereka adalah para utusan Alloh Ta'ala dan juga karena mereka menunaikan penghambaan kepada-Nya, menyampaikan risalah-Nya serta memberikan nasihat kepada para hamba-Nya.
Namun orang-orang yang membangkang telah
mendustaka para rasul itu dengan beranggapan bahwa
para utusan Alloh Ta'ala itu bukan dari golongan
manusia. Alloh Ta'ala sendiri yang mengungkap adanya
anggapan (keyakinan) ini dan sekaligus juga yang
membatalkannya melalui firman-Nya :
“Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk
beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali
perkataan mereka: "Adakah Allah mengutus seorang
manusia menjadi rasul?" Katakanlah: "Kalau seandainya
ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai
penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit
kepada mereka seorang malaikat menjadi rasul" (AlIsraa:
94-95)
Alloh Ta'ala menggugurkan anggapan yang keliru ini.
Alloh menegaskan bahwa rosul itu harus berupa manusia,
karena ia diutus untuk penduduk bumi yang juga adalah manusia. Seandainya penduduk bumi adalah para
malaikat, pasti Alloh akan menurunkan kepada mereka
seorang malaikat dari langit sebagai rosul, agar bangsanya sama dengan bangsa mereka.
Demikianlah, Alloh Ta'ala juga telah menuturkan tentang
orang-orang yang mendustakan para rosul bahwa mereka
itu mengatakan
“Mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah manusia
seperti kami juga. Kamu menghendaki untuk
menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang
selalu disembah nenek moyang kami, karena itu
datangkanlah kepada kami, bukti yang nyata". Rasulrasul
mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain
hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah
memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di
antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami
mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan
dengan izin Allah”(Ibrahiim: 10-11)
Landasan Kedua (12). Rukun Iman: 4. Iman kepada para rasul-Nya
Reviewed by suqamuslim
on
01.55
Rating:
Tidak ada komentar: