Landasan 2. Rukun Iman: 5. Iman kepada
Hari Akhir
Syarah dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Yang dimaksud dengan Hari Akhir adalah hari kiamat, di
mana ketika itu seluruh manusia dibangkitkan untuk
dihisab dan diberi balasan. Dinamakan hari akhir karena
tidak ada hari lagi sesudahnya. Ketika itu para penghuni
surga maupun penghuni neraka menetap pada tempatnya
masing-masing.
Iman kepada hari akhir meliputi tiga hal:
Pertama:
Mengimani adanya kebangkitan (ba'ts), yaitu
dihidupkannya kembali orang-orang yang sudah mati
tatkala ditiupkannya sangkakala untuk kedua kalinya.
Pada hari itu seluruh manusia bangkit untuk menghadap
kepada Robb semesta alam dalam keadaan telanjang kaki
tanpa alas kaki, telanjang badan tanpa mengenakan
penutup, serta masih berkulup tanpa disunat. Alloh Ta'ala
berfirman [artinya]:
"... sebagaimana Kami telah memulai penciptaan
pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah
suatu janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya
Kamilah yang akan rnelaksanakannya" (Al-Anbiya:104)
Kebangkitan merupakan kebenaran yang sudah pasti, dan
ini telah ditunjukkan oleh Kitab, Sunnah serta ijmak
kaum muslimin. Alloh Ta'ala berfrman [artinya]:
“Kemudian sesungguhnya sesudah itu kamu sekalian
benar-benar akan mati. Setelah itu kamu sekalian akan
dibangkitkan (dari kuburmu) pada hari kiamat." (AlMukminuun:
15-16)
Nabi shallallahu 'alaihi wassalam telah bersabda :
“Pada hari kiamat, seluruh manasia akan dihimpun dalam
keadaan tanpa alas kaki dan masih berkalup (belum
sunat)." (Mutafaq'alaih, HR. Bukhari dalam Kitabur
Riqaaq, HR. Muslim dalam Kitabul Jannah)
Kaum muslimin juga telah berijmak mengenai kepastian
adanya kebangkitan itu. Ini sesuai dengan hikmah Alloh
Ta'ala yang menjadikan tempat kembali' (akhirat) bagi
makhluknya ini, untuk kemudian Dia memberikan
balasan kepada mereka atas apa yang telah dibebankanNya
kepada mereka melalui lisan para rosul-Nya. Alloh
Ta'ala berfirman:
"Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dengan sia-sia saja, dan bahwa kamu
tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (AlMukminun:115)
Kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam,
Alloh Ta'a1a, berfirman,
"Sesungguhnya yang telah mewajibkan atasmu
(melaksanakan hukum-hukum) Al-quran benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali." (AlQoshosh:
85)
Kedua
Mengimani adanya hisab (perhitungan) dan jaza'
(balasan). Seluruh amal perbuatan setiap hamba akan
dihisab dan diberi balasan. Hal ini telah dituniukkan oleh
Kitab, Sunnah serta ijmak kaum muslimin. Alloh Ta'ala
berfirman,
"Sesunguhnya kepada Karnilah kembali mereka,
kemudian sungguh kewajiban Kamilah menghisab
mereka” (Al-Ghasyiyah: 25-26)
Alloh Ta'ala juga berfirman,
"Barangsiapa datang dengan mernbawa amal baik, maka
baginya pahala sepulah kali lipat dari amalnya; dan
barangsiapa yang datang dengan membawa amalan
buruk, maka dia hanya akan diberi pembalasan seimbang
dengan keburukannya, sedang mereka tidak dianiaya
(dirugikan) sedikit pun." (Al-An'aam: 160)
Alloh Ta'ala berfirman,
“Kami akan memasang timbangan yang adil pada hai
kiamat, maka tidaklah seseorang itu dirugikan barang
sedikitpun. Dan jika amalan itu hanya seberat biji
shallallahu 'alaihi wassalami sekalipun, maka Kami pasti
akan mendatangkannya. Cukuplah Kami sebagai
penghisab." (Al-Anbiya': 47)
Dari Ibnu 'Umar radhiallahu'anhuma, diriwayatkan
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wassalam bersabda,
"Sesunguhnya Alloh nanti akan mendekati orang
mukmin, lalu meletakkan naungan-Nya pada orang itu
untak menutupirya seraya menanyakan, "Tahukah kamu
akan dosa yang ini? Tahukah kamu akan dosa yang itu?”
Ia menjawab, “Ya saya tahu, wahai Robbku!” Sehinga
ketika ia telah mengakui akan dosa-dosanya dan melihat
dirinya telah binasa, maka Alloh berkata, “Aku telah
menutupi dosa-dosamu di dunia, dan pada hari ini Aku
mengampuninya”. Selanjutnya, diberikanlah kepadanya
kitab (catatan) kebaikannya. Adapun orang-orang kafir
dan orang-orang munafik, maka Alloh Ta'ala memangil
mereka di hadapan orang banyak. Mereka itulah orangorang
yang mendustakan Robbnya.Ketahuilah, laknat
Allah itu untuk orang-orang dzalim' (HR. Bukhari dalam
Kitabul Madzaalim, HR. Muslim dalam Kitabut Taubah)
Dalam hadits Nabi shallallahu 'alaihi wassalam yang
shahih disebutkan:
"Orang yang berniat melakukan satu kebaikan, lalu
mengerjakannya, maka Alloh ta'ala menulisnya sepuluh
kebaikan hinga tujuh ratus kali lipat, bahkan sampai lipat
yang lebih banyak lagi disisi-Nya. Sedangkan oranmg
yang berniat melakukan keburukan lalu mengerjakannya,
Alloh hanya menulisnya satu keburakan saja” (HR
Bukhari dalam Kitabur Raqaiq, HR. Muslim dalam
Kitabul Iman)
Kaum muslimin juga telah berijmak mengenai kepastian
adanya hisab dan jaza' terhadap amal perbuatan, dan ini
merupakan tuntutan hikmah.
Seperti yang kita ketahui, Allah ta'ala telah menurunkan
kitab-kitab suci, mengutus para rosul serta mewajibkan
para hamba untuk menerima ajaran yang mereka bawa
dan mengamalkan apa yang wajib diamalkan. Alloh juga
mewajibkan kita untuk memerangi orang-orang yang
menentang ajaran-Nya serta menghalalkan darah,
keturunan, istri dan harta benda rnereka.
Kalau saja tidak ada hisab maupun jaza, tentulah ini
semua akan percuma dan sia-sia saja; padahal Robb yang
Maha Bijaksana tersucikan dari hal yang demikian. Alloh
ta'ala telah mengisyaratkan hal itu dengan firman-Nya.
Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat
yang telah diutus rosul-rasul kepada mereka, dan
sesungguhnya Kami akan menanyai pula para rosul itu.
Lalu sungguh akan Kami kabarkan kepada mereka (apa
saja yang telah mereka perbuat), sedang Kami
mengetahui keadaan mereka, dan sekali-kali Kami tidak
jauh dari mereka” (Al-A'raaf: 6-7)
Ketiga:
Mengimani adanya surga dan neraka, dan bahwa
keduanya merupakan tempat kembali yang abadi bagi
makhluk. Surga adalah kampung kenikmatan yang
dipersiapkan oleh Alloh ta'ala bagi orang-orang mukmin
yang bertakwi, yang mengimani apa yang telah
diwajibkan oleh Allah atas mereka untuk mengimaninya, dan menunaikan ketaatan kepada Alloh dan Rosul-Nya
dengan penuh keikhlasan semata-mata karena Alloh
ta'ala dan dengan cara mengikuti Rosul-Nya. Di dalam
surga terdapat berbagai macam kenikmatan yang belum
pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh
telinga, dan belum pernah terlintas dalam benak manusia.
Alloh ta'ala berfirman [artinya]
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik
makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah
syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha
terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut
kepada Tuhannya” (Al-Bayinah: 7-8)
Allah ta'ala juga berfirman [artinya]:
“Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang
menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi
mereka, atas apa yang mereka kerjakan” (As-Sajdah: 17)
Sedangkan neraka adalah hunian yang penuh dengan
adzab yang dipersiapkan oleh Alloh Ta'ala untuk orangorang
kafir zholim, yaitu orang-orang yang mengkufuri
Allah dan mendurhakai para rasul-Nya. Didalamnya
terdapat berbagai macam bentuk adzab dan siksaan yang
tidak bisa dibayangkan.
Allah ta'ala juga berfirman [artinya]:
“Jagalah dirimu dari neraka yang dipersiapkan untuk
orang-orang kafir” ('Ali 'Imraan: 131)
Allah ta'ala juga berfirman [artinya]:
“Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang
zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka.
Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan
diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek ” (Al-Kahfi:
29)
Allah ta'ala juga berfirman [artinya]:
“Sesungguhnya Allah mela'nati orang-orang kafir dan
menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala
(neraka), mereka kekal di dalamnya selama-lamanya;
mereka tidak memperoleh seorang pelindungpun dan
tidak (pula) seorang penolong. Pada hari ketika muka
mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata:
"Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah
dan taat (pula) kepada Rasul" (Al-Ahzaab: 64-66)
Termasuk iman kepada Hari Akhir adalah mengimani
segala peristiwa yang akan terjadi setelah mati, seperti :
A. Fitnah (ujian) kubur; yaitu pertanyaan yang
dilontarkan kepada mayit setelah ia dikuburkan, tentang
Robbnya, agamanya dan nabinya. Alloh Ta'ala lalu
meneguhkan orang-orang yang beriman dengan kata-kata
yang mantap, sehingga dengan kemantapannya ia
menjawab, Robbku adalah Allah, agamaku Islam, dan nabiku adalah Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam.
Sebaliknya, Allah menyesatkan orang-orang yang
zholim. Orang yang kafir hanya bisa menjawab, "Hah...
hah... Aku tidak tahu”. Sementara itu, orang munafik atau
orag yang ragu menajawab,”Aku tidak tahu. Aku dengar
orang-orang mengatakan sesuatu, lalu aku ikut pula
mengatakannya"
B. Adzab dan nikmat kubur. Adzab kubur adalah bagi
orang-orang zholim, yaitu orang-orang munafik dan
orang-orang kafr. Alloh Ta'ala berfirman :
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu
orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakaratul
maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya,
(sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini
kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan,
karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah
(perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya” (AlAn'aam:
93)
Tentang 'keluarga' (para pengikut) Fir'aun, Alloh Ta'ala
berfrman :
“Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan
petang. Dan pada hari terjadinya kiamat (dikatakan
kepada malaikat), 'Masukkanlah 'keluarga' Fir'aun ke
dalam adzab yang sangat keras"'(Al-Mu'min: 46)
Dalam Shohih Muslim disebutkan riwayat hadits dari
Zaid bin Tsabit bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wassalam
bersabda,
"Kalau saja tidak karena kalian saling menguburkan
(mayit), pasti aku memohon kepada Alloh agar
memperdengarkan siksa kubur kepada kalian seperti
yang aku dengar". Selanjutnya beliau menghadapkan
wajahnya dan berkata, "Berlindunglah kepada Alloh dari
adzab neraka!" Para sahabat berkata, "Kami bedindung
kepada Alloh dari adzab neraka!" Nabi bersabda lagi,
"Berlindunglah kepada Alloh dan adzab kubur!" Mereka
berkata, "Kami berlindung kepada Alloh dari adzab
kubur". Nabi bersabda lagi, "Berlindunglah kepada Alloh
dari fitnah-fitnah yang tampak maupun yang
tersembunyi!" Mereka berkata, "Kami berlindung kepada
Alloh dari fitnah-fitnah yang tampak maupun
tersembunyi". Nabi bersabda, “Berlindunglah kepada
Alloh dari fitnah Dajal!" Mereka berkata, "Kami
berlindung kepada Alloh dari fitnah Dajal” (HR. Muslim
dalam Kitabul Jannah wa Shifatu Na'imiha wa Ahliha)
Sedangkan nikmat kubur itu diperuntukkan bagi orangorang
mukmin yang benar, Alloh Ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan
kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan
janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka
dengan jannah yang telah dijanjikan Allah
kepadamu"(Fushshilat: 30)
“Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,
padahal kamu ketika itu melihat,dan Kami lebih dekat
kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat,
maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)?
Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada
tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?
adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang
yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh
ketenteraman dan rezki serta jannah kenikmatan.” (AlWaqi'ah:
83-89)
Dari Al-Barro bin 'Azib radhiallahu'anhu diriwayatkan
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wassalam bersabda
tentang orang mukmin tatkala menjawab pertanyaan dua
malaikat di dalam kuburnya,
"Ada suara yang berseru dari langit, 'Hamba-Ku benar.
Karena itu, maka berilah ia tilam dari surga, berilah ia
pakaian dari surga, dan bukalah untuknya pintu menuju
surga!' Lalu datanglah menghampirinya kenikmatan dan
keharuman surga, sementara itu kuburnya dilapangkan
sejauh mata memandang"(HR. Ahmad, Abu Daud,
Haitsami, Abu Nu'aim, Ibnu Abu Syaibah, Al-Ajurri. AlHaitsami
mengatakan: Diriwayatkan oleh Ahmad dengan
rijal yang shahih)
Buah dari iman kepada hari akhir diantaranya
adalah :
# Senang dan antusias untuk melakukan ketaatan, dengan
mengharap pahalanya kelak di hari akhir.
# Takut melakukan kemaksiatan dan khawatir bila
sampai rela dengan kemaksiatan itu; karena takut kepada
sanksi (siksa) di Hari Akhir itu.
# Hiburan bagi orang mukmin atas apa yang tidak ia
dapatkan dari kesenangan duniawi ini dengan masih
dapat mengharap kenikmatan dan pahala akhrat.
Orang-orang kafir mengingkari adanya kebangkitan
setelah mati dengan beranggapan bahwa hal itu tidak
mungkin (mustahil). Anggapan atau keyakinan seperti ini
adalah batil. Dan kebatilannya telah ditunjukkan oleh
syara', indera, dan akal.
Tentang dalil dari syara', Alloh Ta'ala berfirman
“Orang-orang kafir menganggap bahwa mereka sekalikali
tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, Tidak
demikian, demi Robbku, kalian benar-benar akan
dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepada kalian
tentang apa yang telah kalian kerjakan. Yang demikian
itu adalah mudah bagi Alloh” (At-Taghobun: 7)
Seluruh kitab samawi yang ada juga sepakat menyatakan
demikian. Tentang dalil inderawi, bahwasanya Alloh
Ta'ala, telah memperlihatkan kepada para hamba-Nya
bagaimana dihidupkannya kembali orang-orang yang
sudah mati di dunia. Di dalam surat Al-Baqaroh terdapat
lima contoh mengenai hal ini.
Contoh pertama:
Kaum Musa ketika mengatakan kepada Musa
'alaihissalam:
"... kami tidak akan beriman kepadamu sehingga kami
dapat melihat Alloh dengan terang..."(Al-Baqarah: 55)
Akhirnya Alloh mematikan mereka itu, lalu
menghidupkan mereka kembali. Dalam hal itu, Alloh
Ta'ala berfirman kepada Bani Israil:
“Ingatlah ketika kalian berkata, 'Hai Musa, kami tidak
akan beriman kepadamu sehingga kamu dapat melihat
Alloh dengan terang!' Karena itu, kalian disambar
halilintar, sedang kalian menyaksikan peristiwa itu.
Setelah itu Kami bangkitkan kalian sesudah mati agar
kalian bersyukur."(Al-Baqoroh: 55-56)
Conloh kedua:
Dalam kisah orang yang terbunuh, yang
dipersengketakan oleh Bani Israil tentang siapa
pembunuhnya. Alloh akhirnya memerintahkan mereka
untuk menyembelih seekor sapi untuk kemudian mereka
memukulkan sebagian dari anggota tubuh sapi itu pada
tubuh orang yang mati terbunuh tadi, agar dapat
memberitahukan kepada mereka siapa sebenarnya yang
telah membunuhnya. Dalam kisah ini Alloh
mengungkapkan :
“Ingatlah ketika kalian membunuh seseorang, lalu kamu
saling tuduh-menuduh tentang hal itu. Dan Alloh hendak
menyingkapkan apa yang selama ini kalian sembunyikan.
Lalu Kami akhirnya berfirman, 'Pukullah mayat itu
dengan sebagian dari anggota tubuh sapi itu!
Demikianlah Alloh menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan kepada kalian tandatanda
kekuasaan-Nya agar kalian mengerti” (AlBaqarah:
72-7 3)
Contoh ketiga:
Dalam kisah suatu kaum yang keluar dari negeri mereka
karena hendak menghindar dari kematian yang
jumlahnya ribuan orang, namun akhirnya Alloh
mematikan mereka dan kemudian menghidupkan mereka
kembali. Tentang kisah ini, Alloh Ta'ala berfirman:
“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang
keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka
beriba-ribu jumlahnya, karena takut mati. Namun Alloh
berfirman kepada mereka, 'Matilah kalian!' (Maka
mereka pan mati). Kemudian Allah menghidupkan
mereka kembali. Sesungghnya Alloh menpunyai karunia
terhadap manusia, akan tetapi ternyata kebanyakan
manusia tidak bersyukur."(Al-Baqarah: 243)
Contoh keempat:
Dalam kisah orang yang melewati sebuah negeri yang
'mati', lalu ia meragukan bila Alloh Ta'ala dapat
menghidupkan negeri itu kembali. Maka Allah lalu
mematikan orang itu selama seratus tahun, kemudian
Alloh menghidupkannya kembali. Tentang hal ini, Alloh
Ta'ala berfirman :
“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang
melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh
menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka
Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian
menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah
lamanya kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya
tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah
berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus
tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan
minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah
kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang
belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan
Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang
keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali,
kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka
tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah
menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya
yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu" (AlBaqarah:259)
Contoh kelima:
Dalam kisah Ibrahim Al-Khalil ketika memohon kepada
Alloh Ta'ala agar memperlihatkan kepadanya bagaimana
Dia menghidupkan orang-orang yang sudah mati.
Akhirnya Allah menyuruhnya untuk menyembelih empat
ekor burung dan memisah-misahkan bagian-bagian tubuh
burung itu untuk diletakkan di pegunungan sekitarnya.
Kemudian Ibrahim memanggilnya, lalu bagian-bagran
tubuh burung (yang telah dipotong-potong) itu satu sama
lain menyatu kembali, dan datang kepada Ibrahim
dengan segera. Kejadian ini dikisahkan oieh Alloh
melalui firman-Nya:
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku,
perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman:
"Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku
telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap
mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau
demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah
semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan
diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian
itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang
kepadamu dengan segera." Dan ketahuilah bahwa Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Al-Baqarah: 260)
Ini semua adalah contoh bukti inderawi yang nyata, yang
menunjukkan dapat dihidupkannya kembali makhlukmakhluk
yang sudah mati. Di depan juga disebutkan
bahwa Alloh ta'ala menjadikan tanda-tanda kenabian
(mukjizat) 'Isa bin Maryam berupa dapat menghidupkan
orang-orang yang sudah mati dan mengeluarkan mereka
dari kubur dengan izin Alloh Ta'ala
Tentang dalil akal, dapat ditinjau dari dua sudut :
Pertama:
Bahwa Alloh ta'ala adalah pencipta langit dan bumi serta
apa saja yang ada pada keduanya. Alloh adalah pencipta
keduanya dari permulaan, yang sebelumnya keduanya tak
ada. Yang Maha Kuasa untuk memulai penciptaan, sudah
tentu mampu mengembalikannya. Alloh Ta'ala berfirman
:
"Dialah yang memulai penciptaan, kemudian akan
mengembalikannya (menghidupkan) lagi, dan ini lebih
mudah bagi-Nya” (Ar-Ruum: 27)
Alloh ta'ala berfirman,
"Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan yang
pertama, begitutah Kami akan mengulanginya. Itulah saat
janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah
yang akan melaksanakannya” (Al-Anbiya': 104)
Dalam memerintahkan untuk menjawab orang yang
mengingkari dihidupkannya kembali tulang-belulang
yang telah hancur luluh, Alloh ta'ala berfirman,
'Katakanlah, Ia akan dihidupkan oleh Dzat yang telah
menciptakannya kali pertama, dan Dia Maha Mengetahui
tentang segala makhluk'" (Yaasiin: :79)
Kedua:
Ada tanah yang mati dan tandus, tak ada satu pun pohon
hijau yang hidup padanya. Lalu Alloh menurunkan hujan
di tanah tandus itu, sehingga tumbuh-tumbuhan pun
tumbuh subur menghijau padanya. Dzat yang kuasa
menghidupkan tanah ini setelah matinya tentu mampu
menghidupkan manusia yang mati. Alloh Ta'ala
berfirman:
"Sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya adalah
bahwa kamu melihat bumi ini kering tandus. Maka
apabila Kami turunkan air (atasnya), niscaya ia bergerak
dan subur. Sesungguhnya Dzat yang telah
menghidupkannya, tentu dapat menghidupkan yang mati. Sesunguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu"
(Fushshilat: 39)
Alloh ta'ala berfirman:
“Kami turunkan air dari langit yng penuh berkah, lalu
dengan itu Kami tumbuhkan kebun-kebun berpohon dan
biji-bijian yang dapat diketam. Dan juga pobon kurma
yang tinggi dan mayangnya bersusun-susun. Ini adalah
sebagai rezeki bagi para hamba. Dengan air itu pula,
Kami menghidupkan negeri yang 'mati'. Seperti itulah
terjadinya kebangkitan" (Qaaf: 9-11)
Ada kelompok sesat dan kalangan orang-orang yang
menyimpang, mereka mengingkari adanya adzab dan
nikmat kubur, dengan anggapan bahwa hal itu tidak
mungkin karena tidak sesuai dengan kenyataan. Mereka
katakan bahwa jika mayat yang ada di kuburnya itu
dibongkar tentu akan tetap didapati sebagaimana semula.
Dan kuburnya tidak berubah menjadi lebih luas atau
lebih sempit.
Anggapan ini adalah batil menurut syara', indera maupun
akal. Dalil syara', di depan telah disebutkan berbagai
nash yang menunjukkan kepastian adanya adzab kubur
dan kenikmatannya.
Dalam Shohih Bukhari disebutkan hadits dari lbnu Abbas
radhiallahu'anhuma, ia berkata,
"Nabi shallallahu 'alaihi wassalam pernah keluar dari
salah satu kebun di kota Madinah, lalu beliau mendengar
suara dua orang yang diadzab di dalam kuburnya" (HR. Bukhari dalam Kitabul Wudhu, HR. Muslim dalam
Kitabuth Thaharah)
Selanjutnya disebutkan bahwa masalahnya, yang satu
tidak "menjaga" kencingnya dan seorang lagi suka
mengadu domba.
Bukti inderawi:
Bahwa orang yang tidur terkadang bermimpi bahwa ia
berada dalam sebuah tempat luas yang indah dan dapat
bersenang-senang di dalamnya atau berada dalam suatu
tempat yang menjijikkan dan menyakitkan, yang
terkadang ia terbangun karenanya. Sekalipun demikian,
ia tetap berada di atas ranjangnya di dalam kamar
sebagaimana adanya. Tidur adalah saudaranya mati. Oleh
karena itu, Alloh menamakannya dengan nama 'wafat'.
Alloh Ta'a1a, berfirman :
“Alloh 'mewafatkan' jiwa ketika matinya, dan jaga
'mewafatkan' jiwa orang yang belum mati di waktu
tidurnya. Maka Dia menahan jiwa yang telah Dia
tetapkan kematiannya dan melepaskan jiwa yang lain
sampai batas waktu yang ditentukan ...". (Az-Zumar: 42)
Dalil akal:
Orang yang tidur kadang bermimpi benar yang sesuai
dengan kenyataan. Ada juga orang yang bermimpi
melihat Nabi sesuai dengan sifat beliau. Barangsiapa
yang melihat beliau sesuai dengan sifarnya, maka ia
berarti benar-benar melihatnya. Sekalipun demikian,
orang yang tidur tadi tetap berada di dalam kamarnya di atas ranjang dan jauh dari apa yang dilihatnya dalam
mimpi. Jika hal itu adalah sesuatu yang mungkin di
dunia, maka bukankah juga merupakan hal yang sangat
mungkin di akhirat?
Adapun dasar pijakan mereka, sebagaimana yang mereka
yakini itu, bahwa seandainya mayit yang ada di dalam
kubur itu dibongkar tentu akan ditemukan sebagaimana
adanya, sementara kuburannya tidak berubah menjadi
luas arau sempit, maka dapat dijawab dari beberapa
sudut, di antaranya sebagai berikut :
Pertama:
Sebenarnya tidak dibolehkan menentang apa yang
diyakini apa yang dibawa oleh syara, dengan syubhatsyubhat
yang batil seperti ini, yang seandainya saja orang
yang menentangnya seperti itu mau merenungkan benarbenar,
tentu ia akan mengetahui kebatilan syubhat ini.
Dalam pepatah dikatakan, 'Betapa banyak orang yang
mencela pendapat yang benar, padahal 'bencananya'
berasal dari pemahamannya yang sakit'."
Kedua:
Keadaan barzakh (alam kubur) termasuk hal-hal ghaib
yang tidak ditangkap oleh indera. Karena jika dapat
ditangkap oleh indera, tentu akan hilang faedah beriman
kepada yang gaib dan akan sama saja antara orang-orang
yang beriman kepada yang gaib dengan orang-orang
yang mengingkarinya.
Keliga:
Adzab kubur maupun kenikmatannya dan keruasan
maupun kesempitannya hanya dapat dimengerti oleh si
mayit. Ini seperti halnya orang tidur yang bermimpi
berada dalam sebuah tempat sempit yang menjijikkan,
atau dalam sebuah tempat luas yang menyenangkan;
namun demikian, orang lain tetap demikian melihatnya
tak berubah sama sekali dari tidurnya, dan tetap saja
berada di kamarnya sedang berselimut di atas ranjang.
Nabi pernah mendapatkan wahyu ketika beliau berada di
tengah-tengah para sahabat. Beliau mendengar wahyu,
sedangkan para sahabat tidak mendengarnya. Kadang
juga datang seorang malaikat kepada beliau dengan
menjelma seorang lelaki, lalu bicara kepada beliau,
namun para sahabat tidak ada yang melihat malaikat dan
juga
Keempat:
Penangkapan (pengetahuan) manusia itu terbatas, sebatas
yang diizinkan oleh Alloh Ta'ala untuk dapat
mengetahuinya, dan tidak mungkin dapat menangkap
segala yang ada. Langit yang tujuh serta bumi dan
seisinya, dan juga segala sesuatu yang ada bertasbih
memuji Alloh dengan tasbih secara hakiki yang
terkadang diperdengarkan oleh Alloh kepada siapa yang
Dia kehendaki di antara makhluk-Nya. Sekalipun
demikian, hal itu tertutup bagi kita.
Mengenai hal itu, Alloh berfirman :
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di
dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun
melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu
sekalian tidak mengerti tasbih mereka ..” (Al-Israa': 44)
Demikian halnya dengan setan dan jin yang melakukan
perjalanan di muka bumi ini pulang dan pergi. Ada
sekelompok jin yang datang kepada Rosululloh dan
mendengarkan bacaan Al-Quran beliau dengan khidmat.
Selanjutnya, mereka kembali kepada kaum mereka untuk
menyampaikan peringatan (dakwah). Meskipun demikian
yang terjadi, namun mereka semua tidak dapat kita lihat.
Tentang hal ini, Alloh berfirman :
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu
oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua
ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya
pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya
'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya
melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa
melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan
syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orangorang
yang tidak beriman” (Al-A'raaf: 27)
Jika manusia ini udak bisa menangkap segala yang ada,
maka ia tidak boleh mengingkari perkara-perkara gaib
yang telah ditetapkan oleh syara', sekalipun ia tidak
mampu menangkap hal yang gaib itu.
Lndasan Kedua (13) Rukun Iman: 5. Iman kepada Hari Akhir
Reviewed by suqamuslim
on
02.49
Rating:
Tidak ada komentar: