Hisab, Hari
Perhitungan Amal
Setelah manusia dibangkitkan, mereka akan dihisab
dan diberi balasan sesuai dengan perbuatan mereka.Firman Allah ta’ala:
“Dan hanya kepunyaan Allahlah apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi, supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik dengan (pahala) yang lebih baik lagi
(surga).” (QS. An-Najm: 31)
Barangsiapa yang tidak mengimani hari kebangkitan
ini, maka dia adalah kafir. Firman Allah ta’ala:
“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka
sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Tidak demikian. Demi
Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan kemudian akan diberitakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”(QS.
At-Taghabun: 7)
Syarah
dari Syaikh Muhammad bin Shalih AlUtsaimin
Maksudnya, bahwa manusia itu setelah dibangkitkan
akan diberi balasan dan dihisab amal perbuatan mereka; jika baik, maka
balasannya baik, dan jika buruk, maka balasannya buruk pula. Alloh Ta'ala
berfirman :
“Barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan seberat
dzarroh pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan seberat dzarroh pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya
pula”. (AzZalzalah : 7-8)
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari
Kiamat, maka tidak ada seorang pun yang dizholimi (dirugikan) sedikit pun. Dan
jika (amalan itu) hanya seberat biji shallallahu 'alaihi wassalami, Kami pasti
tetap mendatangkan (pahala)nya. Cukuplah Kami sebagai penghisab”. (Al Anbiya :
47)
“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya
(pahala) sepuluh kali lipat; dan barangsiapa membawa perbuatan jahat, maka dia
tidak diberi balasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka
tidak dizholimi (dirugikan) sedikit pun”. (Al An'am : 160)
Amalan kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali
lipat sampai tujuh ratus kali lipat hingga kelipatan lebih banyak lagi, sebagai
karunia dan kemurahan dari Alloh Ta'ala. Alloh Ta'ala telah melebihkan balasan
yang luas dan banyak. Adapun amal buruk hanya akan diberi balasan sama dengan
kadar keburukan itu, di mana manusia tidak akan diberi balasan melebihi
keburukan yang dilakukannya. Alloh Ta'ala berfirman,
“ Barangsiapa yang membawa amal perbuatan jahat,
maka dia tidaklah diberi balasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang
mereka tidak dirugikan sedikit pun”. (Al An'am : 160)
Ini merupakan bagian dari kesempurnaan karunia
Alloh Ta'ala dan kebaikan hati-Nya.
Selanjutnya, syaikh membawakan dalil dengan firman
Alloh Ta'ala :
“... Agar Dia memberi balasa kepada orang-orang
yang berbuat buruk sesuai dengan perbuatan yang mereka lakukan itu, dan memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan balasan yang lebih baik
lagi”. (An-Najm : 31)
Siapa saja yang mendustakan Hari Kebangkitan, maka
ia adalah kafir, berdasarkan firman Alloh Ta'ala :
“Mereka mengatakan, “Hidup hanyalah kehidupan kita
di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan'. Dan seandainya
kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Robbnya (tentulah kamu melihat
peristiwa yang mengharukan). Alloh berfirman, 'Bukankah (kebangkitan) ini
benar?' Mereka menjawab, 'Sungguh benar, demi Robb kami'. Alloh berfirman,
'Karena itu, rasakanlah adzab ini disebabkan kamu mengingkari(nya)!” (Al An'am
: 29-30)
Firman Alloh Ta'ala,
“Kecelakaan besarlah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan. Yaitu orang-orang yang mendustakan Hari Pembalasan. Tidak ada
yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas
lagi pendosa, yang apabila dibacakan kedapanya ayat-ayat Kami, ia berkata, 'itu
adalah dongengan orangorang dahulu'. Sekali-kali tidaklah demikian! Sebenarnya
apa yang selsu mereka usahan itu menutup hati mereka. Sekali-kali tidak!
Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang (melihat) Robb mereka.
Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. Lalu dikatakanlah
(kepada mereka), inilah adzab yang dulu selalu kamu dustakan!” (Al Muthofifin :
10- 17)
Firman Alloh Ta'ala,
“Bahkan mereka mendustakan hari kiamat. Dan kami
telah menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari
kiamat”.(Al Furqon : 11)
Firman Alloh Ta'ala,
"Orang-orang yang mengkufuri (mengingkari)
ayat-ayat Alloh dan mengkufuri pertemuan dengan-Nya, mereka telah putus asa
dari rohmat-Ku, dan bagi mereka adzab yang pedih" (Al-'Ankabut: 23)
Syaikh rahimahullah mengambil dalil dengan ayat
ke-7 dari surat At-Taghabun di atas untuk memberi keterangan yang memuaskan
kepada orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan itu, maka dapat kami
jelaskan sebagai berikut :
Pertama:
Bahwasanya masalah Hari Kebangkitan itu telah
dinukil secara bersambung dari para nabi dan rosul dalam kitabkitab ilahi dan
syariat-syariat langit, serta telah diterima sepenuhnya oleh umat-umat para
nabi dan rosul itu. Nah, bagamana Anda dapat mengingkarinya sedangkan Anda
membenarkan apa yang dinukilkan untuk Anda dari seorang filosof, atau penemu
suatu prinsip atau pemikiran (paham), sekalipun berita yang sampai kepada Anda
tidak sebanding dengan berita mengenai kebang kitan, baik dalam hal sarana
pengutipan (penukilan) maupun dalam hal kesaksian kenyataan?!
Kedua:
Masalah kebangkitan ini telah disaksikan oleh akal
mengenai bakal terjadinya kebangkitan itu. Itu dapat dilihat dari beberapa
sudut :
1. Setiap orang tidak akan mengingkari bahwa
dirinya adalah makhluk yang tercipta dari ketiadaan, dan muncul setelah
sebelumnya tidak ada. Dzat yang menciptakan dan mengadakannya setelah
sebelumnya tidak ada itu sudah tentu kuasa untuk mengembalikannya seperti
semula. Ini sebagaimana firman Alloh Ta'ala:
“Dialah yang telah menciptakan dari permulaan,
kemudian akan mengembalikannya lagi; dan menghidupkan kembali itu adalah lebih
mudah bagiNya.. "(Ar-Rum: 27)
Alloh Ta'ala juga berfirman,
"Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan
pertama, maka begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang mesti
Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya" (Al-Anbiya:
104)
2. Setiap orang juga tidak ada yang mengingkari
keagungan penciptaan langit dan bumi, betapa besar keduanya, serta tidak
mengingkari keindahan penciptaan keduanya. Dzat yang telah menciptakan keduanya
itu sudah tentu kuasa untuk menciptakan manusia dan mengembalikan mereka
sebagai mana semula. Alloh Ta'ala berfrman :
"Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi itu
lebih besar dari pada penciptaan manusia..." (Al-Mu'min: 57)
“Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa
sesunguhrya Alloh yang menciptakan langit dan bumi, dan Dia tidak merasa payah
karena menciptakannya, kuasa untuk menghidapkan orang-orang mati?!Ya, sudah
tentu kuasa. Bahkan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu" (Al-Ahqaf :33)
Alloh Ta'ala berfirman,
'Bukankah Dqat yang telah menciptakan langit dan
bumi itu kuasa untuk menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur
itu? Tentu! Dan Dia Maha Pencipta lagi Maha Tahu. Sesunguhnya perintah-Nya
apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya 'Jadilah!",
maka jadilah apa yang dikehendaki." (Yasin: 82)
3. Setiap orang yang punya penglihatan tentu dapat
menyaksikan bumi yang gersang tak bertumbuhan. ketika air huian turun
mengguyurnya, maka ia berubah menjadi subur dan tumbuhannya pun hidup kembali
setelah sebelumnya mati. Dzat yang kuasa untuk menghidupkan bumi (tanah)
-setelah kematiannya- sudah tentu kuasa untuk menghidupkan orang-orang yang
mati dan kuasa membangkitkan mereka. Alloh Ta'ala, berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau
lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya,
niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya,
Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu”(Fushshilat: 39)
Ketiga:
Masalah terjadinya kebangkitan ini telah disaksikan
oleh indera maupun kenyataan, sebagaimana telah diberitakan oleh Alloh Ta'ala
kepada kita mengenai kejadiankejadian nyata tentang dihidupkannya kembali
orangorang yang sudah mati. Alloh Ta'ala menyebutkan hal itu di dalam surat Al-
Baqoroh sebanyak lima peristiwa, di antaranya adalah firman-Nya.
“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang
melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia
berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah
hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian
menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal
di sini?" Ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah
hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini
seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi
beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang);
Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah
kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian
Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya
(bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin
bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (AlBaqarah: 259)
Keempat:
Bahwasanya hikmah (kebijaksanaan) itu menuntut
adanya kebangkitan, agar setiap jiwa dapat diberi balasan atas apa yang telah
diusahakan atau dilakukan. Kalaulah bukan karena itu, maka penciptaan manusia
itu akan percuma dan tidak ada nilaiya, tidak ada hikmah dari penciptaan itu,
serta tidak ada perbedaan dalam kehidupan ini antara manusia dengan binatang.
Alloh Ta'ala berfirman:
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak
ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) 'Arsy yang mulia” (Al-Mukminun:
115-116)
Allah ta'ala juga berfirman:
"Sesunguhnya Hari Kiamat itu pasti datang,
namun Aku merahasiakan (waktu)nya agar tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa
yang dia usahakan." (Thaha: 15)
Alloh 'azza wa jalla berfirman,
"Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan
sumpahnya yang sungguh-sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang
yang mati". (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya),
sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui, agar Allah menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan
itu, agar orang-orang kafir itu mengetahui bahwasanya mereka adalah orang-orang
yang berdusta.
Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu
apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun
(jadilah)", maka jadilah ia " (An-Nahl [16] : 38-40)
Alloh 'azza wa jalla berfirman,
"Orang-orang kafir mengatakan bahwa mereka sekalikali
tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, "tidak demikian, demi Robbku; kamu
benar-benar akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan'. Yang demikian itu adalah mudah bagi Alloh."
(At-Taghabun: 7)
Jika keterangan-keterangan yang nyata int telah
dijelaskan kepada orang-orang yang rnengingkari kebangkitan, namun mereka tetap
saja mengingkarinya, maka mereka berarti orang-orang yang sombong dan
menentang. Kelak orang-orang yang dzalim itu akan tahu pada tempat yang mana
mereka kembali
Hisab, Hari Perhitungan Amal
Reviewed by suqamuslim
on
16.13
Rating:
Tidak ada komentar: