Landasan 3. Mengenal Nabi: Periode
Madaniyah
Setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
menetap di Madinah, disyari’atkan kepada beliau zakat,
puasa, haji, adzan, jihad, amar ma’ruf dan nahi mungkar
serta syari’at-syari’at Islam lainnya.
Beliau pun melaksanakan perintah untuk menyampaikan
hal ini dengan tekun dan gigih selama sepuluh tahun.
Sesudah itu wafatlah beliau, sedang agamanya tetap
dalam keadaan lestari. Inilah agama yang beliau
bawa.Tiada suatu kebaikan yang tidak beliau tunjukkan
kepada umatnya. Dan tiada suatu keburukan yang tidak
beliau peringatkan supaya dijauhi. Kebaikan yang beliau
tunjukkan ialah tauhid serta segala yang dicintai dan diridhai Allah; sedang keburukan yang beliau
peringatkan supaya dijauhi ialah syirik serta segala yang
dibenci dan dimurkai Allah.
Syarah dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Penulis mengatakan, “Tatkala Nabi telah menetap di
Madinah Nabawiyah, beliau menerima perintah
tambahan syariat-syariat Islam (yang belum diterima
beliau ketika di Mekah). Itu karena ketika di Mekah,
beliau menyeru kepada tauhid sekitar sepuluh tahun, dan
juga telah difardukan sholat lima waktu ketika masih di
Mekah. Kemudian beliau berhijrah ke Madinah.
Sementara itu, zakat, puasa, haji serta syiar-syiar Islam
lainnya belum difardukan atas beliau. Tampak dari
perkataan penulis bahwa zakat itu, baik secara asalmulanya
maupun perinciannya, difardukan di Madinah.
Sebagian ahli ilmu berpendapat bahwa zakat itu awal
mulanya difardukan di Mekah, akan tetapi belum
ditentukan kadar nishobnya dan juga belum ditentukan
kadar yang wajib dikeluarkan. Kadar nishob dan kadar
yang wajib dikeluarkan baru ditentukan ketika beliau
sudah di Madinah. Mereka ini berdalil bahwa ayat-ayat
yang mewajibkan zakat itu terdapat pada surat Makkiyah,
seperti firman Alloh Ta'ala dalam surat Al-An'am,
“Tunaikanlah haknya pada hari panennya”. (Al-An'am
:142)
Juga firman Alloh Ta'ala :
“Dan orang-orang yang di dalam harta mereka terdapat
hak (bagian) tertentu, untuk orang (miskin)yang meminta
dan untuk orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang
tidak mau meminta)”. (Al Ma'arij : 24-25)
Yang jelas, ketetapan zakat serta ketentuan kadar
nishobnya, kewajiban yang harus dikeluarkan dan
penjelasan mengenai orang-orang yang berhak
menerimanya adalah di Madinah. Demikian juga
mensyariatkan adzan dan sholat Jumat. Tampak juga,
bahwa sholat jamaah itu baru difardukan (ketika
Rosululloh shallallahu 'alaihi wassalam) di Madinah,
mengingat bahwa adzan yang berisi seruan untuk sholat
jamaah itu difardukan pada tahun kedua. Sedangkan haji
baru difardukan pada tahun kesembilan menurut
pendapat yang kuat di antara pendapat-pendapat ahli ilmu
yang ada. Itu terjadi setelah Mekah menjadi negeri Islam,
setelah dibuka (ditaklukkan) pada tahun kedelapan hijrah.
Demikian juga dengan amar makruf nahi munkar dan
syiar-syiar lainnya, semuanya difardukan di Madinah
setelah Nabi shallallahu 'alaihi wassalam menetap dan
telah mendirikan daulah Islamiyah di kota Madinah itu.
Landasan Ketiga (4) Mengenal Nabi: Periode Madaniyah
Reviewed by suqamuslim
on
03.25
Rating:
Tidak ada komentar: